Malam
menjelang pagi, atap langit masih remang-remang pudar, disaat umat manusia yang
lainnya masih menikmati tidur lelap dan dengan udara yang masih segar. Suhu
udara terasa lumayan dingin, aku sudah harus bangun dan mandi air di bak mandi
dingin seperti baru mengalir dari kutub utara, kadang-kadang kanya fotocopi (
tidak mandi hanya cuci muka ), itu mungkin kebiasaan buruk.
Suara
itu hampir setiap hari kudengarkan “ bangun...bangun....subuh.....subuhhh..
Suara
ustadz yang kecil dan lembut itu membangunkan aku dari tiduer yang kurang
nyaman. Dengan melawan rasa kantuk yang amat sangat berat dan nyawa setengah
hidup. Terkadang ustadz yang sabar harus berulang kali membangunkan kami yang
tidurnya seperti orang mati saja. Kamar kecil sempit yang berbentuk panggung
petak, dinding dan alas terbut dari kayu hanya mampu menampung 4 orang siswa
saja. Suara ombak yang rasanya seperti halilintar yang tambah tidak betah dan
menyebalkan. Ditambah lagi karena kelelahan tadi memikirkan hal-hal yang tidak
penting, tadi sore diantar sama keluarga ke asrama, mengharukan sekali rasanya
dipisah dengan orang tua seperti diasingkan kesuatu tempat yang tidak ada
penghuninya.
Fikiran
negatif itu muncul lagi, mungkin orang tuaku sudah tidak sanggung mmendidiku
yang tidak bisa diatur, da dulunya ketika di smp lumayan bandel karna sebaya
kami ini bisa dikatakan remaja labil, dan maklum lah aku ini anak bungsu dari 2
bersaudara.
Beberapa
hal yang paling aku rindukan ketika masih berada disana adalah ketika salat
berjamaah , aneka masalan gulai dan sambal-sambal dari kak dapur yang menurutku
sangatlah istimewa, setelah 3 tahun disana. Dan sekarang aku sudah wisuda dan
menjadi seorang mahasiswa aku ingin merasakan saat-saat itu lagi. Aku masih
merindukan seragam putih abu-abu itu dan segala perangkat disana sekolahku
tercinta
0 komentar:
Posting Komentar