Ketika
itu Silvy sedang merenungi nasibnya yang selalu buruk. Ia memang mempunyai
hobby melamun, dan merenungi kejadian yang sudah dilaluinya. Saat itu Silvy
sedang berada di tepi danau dekat rumahnya. Rupanya ia melamun bahwa dirinya
mempunyai cita-cita mulia menjadi seorang guru teladan. Silvy memang mempunyai
impian tersebut sejak kecil.
(Dalam
lamunannya, Silvy sedang mengajar di sebuah sekolah SMPN ternama di kota. Kala
itu ia kebingungan melihat murid kesayangannya tidak masuk sekolah. Sepulang
mengajar, ia menemui murid tersebut. Namun tak disangka, di tengah perjalanan
ia bertatap muka dengan seorang lelaki dan berkenalan dengannya. Raka, itulah
namanya.)
Tak
lama kemudian, Silvy terbangun dari lamunannya akibat teriakan adiknya yang
bernama Syila.
“Kak
Silvy!!! Dipanggil ibu tuh!!!” teriak Syila
“Ya,
Dik!” jawab Silvy
Suatu
ketika Silvy pun sudah lulus SMA. Namun ia bingung memilih akan meneruskan ke
Universitas ataukah putus sekolah sampai jenjang menengah atas. karena, kedua
orangtuanya sudah tak mampu lagi.
Dikarenakan
Silvy adalah siswi yang tergolong pandai, maka, biaya untuk melanjutkan ke
universitas ditanggung oleh pemerintah. akhirnya terlaksanalah impian Silvy
untuk menimba ilmu menjadi seorang mahasiswi.
Ketika
jenjang semester 4 masih dalam separuh perjalanan, beasiswa untuk Silvy terputus
entah kemana. Dalam kebingungan, angan Silvy terputus untuk melanjutkan
kuliahnya. Ia hanya dapat berbagi ilmu kepada adiknya, Syila.
Harapan
Silvy yang ingin berbagi ilmu pada orang banyak tak tercapai. Untuk
menghilangkan rasa kejenuhannya, ia pergi ke danau tempat ia merenung dahulu.
Saat sedang asyik merenung, terdengar suara lelaki yang menghampiri di
belakangnya.
“Silvy, mengapa kamu bersedih?” Tanya suara tersebut.
“Silvy, mengapa kamu bersedih?” Tanya suara tersebut.
Tak
lama kemudian, Silvy berbalik badan dan tercengang menatap lelaki tersebut. Rupanya
Ia adalah Raka, lelaki yang ia lamuninya dahulu.
“Ra…ka?”
“Iya, aku Raka!”
“Iya, aku Raka!”
Mereka
pun berbincang-bincang membicarakan sesuatu. Ternyata Raka memberi sebuah
amplop kepada Silvy.
“Apa
ini?” Tanya Silvy terheran
“Kamu
buka saja.”
Ketika
dibuka, ternyata isinya seamplop uang untuk melanjutkan kuliah Silvy. Dan
ketika Silvy hendak mengucapkan Terima Kasih, Raka menghilang dan tak lagi
terlihat.
Keesokan
harinya, Silvy mulai menjalani hari dengan wajah berseri-seri. Dalam hitungan
tahun, Silvy sudah lulus kuliah dan melaksanakan wisuda. Setelah beberapa hari,
Silvy mulai mendaftarkan diri menjadi seorang guru. Ternyata ia diterima dan
dapat berbagi ilmu pada orang banyak.
Sepulang
mengajar di sekolah tersebut, Silvy kembali berdiam diri di danau dekat rumahnya.
Datanglah Raka dengan membawa setangkai bunga mawar. Lalu, bunga tersebut
diserahkan kepada Silvy. Dikarenakan Silvy kurang berhati-hati, tangannya
terkena pada kumpulan duri yang menancap pada batang bunga mawar tersebut.
“Aduh!!! kok banyak durinya sih?” Tanya silvi
“Aduh!!! kok banyak durinya sih?” Tanya silvi
“Tak
ada mawar yang berduri” jawab raka
“maksud
kamu?.” Tanya silvi lagi
“pribahasa
itu seperti nasibmu! yaitu: tak ada kebahagiaan yang di dapat, tanpa jerih
payah!” jawab raka
“terima
kasih ya raka, kamu selalu membuatku bahagia!” ucap silvi.
0 komentar:
Posting Komentar